Senin, 03 Mei 2010

Antara Pendidikan Dan Etika

Beberapa hari yang lalu, seperti biasa Q nelpon salah satu temen. Dan seperti biasa pula pgLn c.c berlaku. Semula kami bicara baik2, sharring. Sampai salah satu temenku bilang ada yang mau kenalan. Aq tidak keberatan. Apa salahnya nambah temen? Tapi ternyata apa yang ku pikirkan tidak pernah jadi kenyataan.

Temenku (sebut aja A) nelpon temennya. Aq nerima telpon dari temen cewek. Sedang aq ngobrol, telp dari A masuk. Tiba2 ada suara dari sebrang yang kami tau bukan suara si A, ngucapin kata2 yang sungguh tidak kami duga.
Q akui waktu itu aq emosi tapi masih bisa mengendalikan emosiku. Menanggapi kalimat2 yang menyakitkan dan tidak layak, aq hanya bilang, ''keluarin aja semua sampah yang ada di otak dan hatimu. Mungkin dengan begitu besok isi otak dan hatimu akan berganti menjadi hal2 yang baik''. Setelah itu telpon ke si A putus.

Beberapa menit kemudian, si A nelpon lagi. Dan saat itu tiba2 aQ menjadi sangat marah. Aq benar2 emosi, aQ bilang, apakah dia tidak malu mendengar kami, (aku dan temen cewek 1 lg) dikatakan yang tidak baik? Si A hanya diam. Aq semakin tidak sabar. Q bilang, secara pendidikan aq memang tidak sampai pada tingkat yang tinggi. Tapi secara etika, aQ selalu belajar menghargai orang lain. Berusaha menerima apa adanya orang lain. Tapi mengapa kebanyakan orang mengaku berpendidikan kok mengabaikan etika? Memandang rendah orang lain. Seolah dirinya yang paling hebat, paling benar, paling tahu dsb.
Waktu itu si A hanya diam. Aq tahu dia merasa bersalah, dia pasti tidak menyangka aq akan sekeras itu menegur dia. Apalagi selama ini tidak atau mungkin belum pernah ada yang menegur dia seperti aku. Dia bilang malu.

Lalu aQ meminta ma'af padanya. Q bilang, aQ menegur dia karena aQ suka berteman sama dia. Karena aQ peduli terhadap cara dia memandang orang lain. Bersyukur dia memahamiku.

Setelah itu aQ termenung. Sebenarnya mana yang lebih penting? Etika atau pendidikan?