Rabu, 10 Februari 2010

Janji Valentine

20 des 2005
Hari pertama aqu mendengar celoteh ceriamu. Tak bosan ku memandang binar indah di matamu. Yang menghias wajah manismu saat kita pertama bertemu. Kukira hanya jemarimu yang selalu lincah merangkai kata di lembaran kertas. Ternyata bibirmu pun begitu pandai menghipnotisku. Sehingga tak terasa lagi rasa lelahku saat aku harus bertanya kian kemari tuk temukan alamatmu. Berawal dari sebuah atensi persahabatan di radio RRi nasional. Hihihi, maklum dulu blm kenal fb. Lembar demi lembar surat mulai rutin mendatangi alamatku. Sehingga aku menjadi terbiasa untuk membaca dan membalas suratmu. Serasa ada yang hilang saat suratmu terlambat datang. Setelah beberapa bulan aku terbiasa dengan suratmu akhirnya ku putuskan tuk menemuimu. Walaupun kita beda propinsi.

13 feb 2006
Hari ini aku berjanji tuk kembali menemuimu. Sebuah awal dari keterpurukanku yang membuatku tak mau lagi berjanji. Telah terangkai berbagai rencana di hati. Telah kusiapkan sesuatu buat dirimu. Sebagai bukti dan bentuk kasihku padamu. Sebuah kotak mungil yang akhirnya tak pernah ku ulurkan dengan tanganku sendiri. Tak ada binar yang ku rindukan. Tak ada senyum indahmu yang ku inginkan. Tak ku dengar celoteh manjamu. Masih hangat dalam ingatanku pagi itu. Dengan wajah sumringah aku mempersiapkan diri. Kupakai pakaian terbaikku. Ku larikan sepeda motorku dengan berjuta rindu yang ku simpan. Aku tak pernah membayangkan bahwa itu hari terakhir aku bisa menginjak rem sepeda motorku. Hari itulah aku memulai sebuah kenyataan pedih dalam hidupku. Sebuah truk yang menggila tak mampu ku hindari. Yang ku ingat bunyi benda yang saling membentur di tikungan tajam pagi itu. Yang ku tau adalah aku tidak lagi dapat berdiri di atas kedua kaki kokohku keesokan harinya. Hancur saat aku harus merelakan kakiku terpisah dari organ tubuhku yang lain. Dunia terasa pekat. Suaraku menghilang entah kemana. Tulang2 tubuhku seolah tak ada lagi. Hanya air mataku yang mengalir perlahan. Sungguh, aku tak sanggup.
Aku tau kamu kecewa padaku gadis mungilku. Harapan yang telah kamu bangun hancur dalam penantian yang tak berujung. 1 bulan, 2 bulan, hingga bulan ketiga aku baru berani membaca surat2mu yang selama ini kubiarkan tersusun rapi di mejaku. Ku balas dengan 1 lembar surat yang mengatakan aku pindah ke ujung timur. Jangan pernah menungguku.

Valentine datang lagi sayang. Apa kabarmu? Aku terhentak oleh rindu yang tiba2 menusuk relung hatiku. Aku merintih di atas roda.