Minggu, 14 Februari 2010

KENAPA HARUS SANDAL JEPIT?

Di larang pr0tezz...
Apala9i buat 0ran9 yan9 merasA jadi 0byek. Aku mau cerita tentan9 teman baru. Namanya, gak usah di sebut ya. Aku kenal dia dari faceb0ok. Maklum, sekarang kan lg bo0min9 2h jarin9 s0sial fb. So, walaupun tinggalku di ndesa, kerjaku di sawah, ang0n bebek, tapi gak mau kalah ama 0ran9 yang berdasi wara wiri bawa laptop. Aku juga punya facebo0k.
Temenku itu se0ran9 pria. Baik, g0kil, usil, mun9kin juga h0bby ngupil. Tapi ngakunya cuma seneng ngemil. Dia ceritanya serin9 heran, apala9i kalo aku slalu bilang SANDAL JEPIT. Hahaha, men9apa slalu sandal katanya. Karena aku gak punya sepatu jawabku. Hmm, tau gak ya dia, bahwa dari sandal jepit bnyk hal yg bsa qt pelajari. Sandal jepit itu kesannya sederhana, bisa di pake siapa adja. Nah, kadang 0rang susah untuk memiliki kesederhanaan.
Selain itu sandal jepit juga lebih memberi kebebasan buat jari2 kaki untuk menikmati udara dan merasakan debu yang ada. Dia memberikan kebebasan buat si pemakai namun tetap memberi aturan supaya kaki tdak keluar dri pijakan. Karena kaki akan k0t0r ntar. Artinya qt bisa memberi kebebasan bwt org lain tapi tdk membiarkan org it keluar dari aturan.
Lalu, yang namanya sandal jepit, pasti ada kaitannya t0h. Ituloh yan9 di antara jempol dan telunjuk kaki. Bayangkan kalo kaitnya itu putus, enak gak? So, kait itulah penopang. Nah orang hidup itu kalo bisa jadi pen0pan9 0ran9 lain. Dalam arti kehadiran kita harus menjadi berarti dan cukup memberi rasa nyaman buat orang lain.
Apala9i ya??? Ehm, sandal jepit butuh pasangan. Gak mungkin bisa di pakai kalo cuma satu toh. Nah it artinya 0rang hidup itu pasti butuh orang lain. Gak enak kalo cuma sendirian. Akh, udahan... ntar kalo kebanyakan takut yan9 baca ketiduran.
Sem0ga temenku ngerti kenapa aku suka nyeplos sandal jepit. Itu karena aku kangen eh salah eh yang ngerasa k0q mesem jadinya....hehehe. Itu karena aku cuma punya sepasang sandal. Aku tidak punya sepatu kaca kaya cinderela....

Rabu, 10 Februari 2010

Janji Valentine

20 des 2005
Hari pertama aqu mendengar celoteh ceriamu. Tak bosan ku memandang binar indah di matamu. Yang menghias wajah manismu saat kita pertama bertemu. Kukira hanya jemarimu yang selalu lincah merangkai kata di lembaran kertas. Ternyata bibirmu pun begitu pandai menghipnotisku. Sehingga tak terasa lagi rasa lelahku saat aku harus bertanya kian kemari tuk temukan alamatmu. Berawal dari sebuah atensi persahabatan di radio RRi nasional. Hihihi, maklum dulu blm kenal fb. Lembar demi lembar surat mulai rutin mendatangi alamatku. Sehingga aku menjadi terbiasa untuk membaca dan membalas suratmu. Serasa ada yang hilang saat suratmu terlambat datang. Setelah beberapa bulan aku terbiasa dengan suratmu akhirnya ku putuskan tuk menemuimu. Walaupun kita beda propinsi.

13 feb 2006
Hari ini aku berjanji tuk kembali menemuimu. Sebuah awal dari keterpurukanku yang membuatku tak mau lagi berjanji. Telah terangkai berbagai rencana di hati. Telah kusiapkan sesuatu buat dirimu. Sebagai bukti dan bentuk kasihku padamu. Sebuah kotak mungil yang akhirnya tak pernah ku ulurkan dengan tanganku sendiri. Tak ada binar yang ku rindukan. Tak ada senyum indahmu yang ku inginkan. Tak ku dengar celoteh manjamu. Masih hangat dalam ingatanku pagi itu. Dengan wajah sumringah aku mempersiapkan diri. Kupakai pakaian terbaikku. Ku larikan sepeda motorku dengan berjuta rindu yang ku simpan. Aku tak pernah membayangkan bahwa itu hari terakhir aku bisa menginjak rem sepeda motorku. Hari itulah aku memulai sebuah kenyataan pedih dalam hidupku. Sebuah truk yang menggila tak mampu ku hindari. Yang ku ingat bunyi benda yang saling membentur di tikungan tajam pagi itu. Yang ku tau adalah aku tidak lagi dapat berdiri di atas kedua kaki kokohku keesokan harinya. Hancur saat aku harus merelakan kakiku terpisah dari organ tubuhku yang lain. Dunia terasa pekat. Suaraku menghilang entah kemana. Tulang2 tubuhku seolah tak ada lagi. Hanya air mataku yang mengalir perlahan. Sungguh, aku tak sanggup.
Aku tau kamu kecewa padaku gadis mungilku. Harapan yang telah kamu bangun hancur dalam penantian yang tak berujung. 1 bulan, 2 bulan, hingga bulan ketiga aku baru berani membaca surat2mu yang selama ini kubiarkan tersusun rapi di mejaku. Ku balas dengan 1 lembar surat yang mengatakan aku pindah ke ujung timur. Jangan pernah menungguku.

Valentine datang lagi sayang. Apa kabarmu? Aku terhentak oleh rindu yang tiba2 menusuk relung hatiku. Aku merintih di atas roda.